Discclaimer : Naruto @Mashashi Kishimoto
Author : Suki Minami
MainChar : Akatsuki
Genre : Comedy, Drama
Genre : Comedy, Drama
Happy Reading^^
Teeng…
Teeng… Teeng…
Lonceng
berbunyi. Murid-murid Katsu High School serempak masuk ke kelas masing-masing.
Sementara
itu dikelas 12 A murid-murid masih berkeliaran diluar. Maklum, dikelas itu gak
ada wali kelasnya. Guru-gurupun pada males ngajar disana. Lihat aja, kelakuan
mereka. Si topeng lollipop nan autis Tobi, asyik ngajakin ngomong semut yang
berbaris di tembok.
Pemuda
setengah wanita Deidara sibuk memoleskan make up ke wajahnya. Kisame latihan
renang bareng temen-temen ikannya di
kolam ikan (padahal belom waktu
nya pelajaran renang -_-).
Itachi
mojok, galau berat karena gak ada
yang ngambilin raport untuknya (rasain! Mangkanya, sebelum lu bunuh keluarga lo
mikir dulu napa, ntar sapa yang
ngambilin lo raport? *dibunuh itachi*
)
Sasori
latihan wayang golek. Zetsu hitam dan zetsu putih pada saingan karna sama2
naksir ama seorang guru perfect yang
ngajar dikelas sebelah. Hidan memohon pada dewa jashin, semoga ia dan teman-temannya yang pada gaje semua itu bisa lulus nantinya.
Kakuzu
sibuk ngitung duit kas. Banyak yang gak bayar duit kas. Termasuk Pein,
tunggakannya numpuk.
Sementara
itu sang ketua kelas Pein, malah godain Konan. Konan yang digodain cuek aja.
^^^
Tiba-tiba
anak-tiba kelas 12 A digegerkan(?)
oleh datangnya seorang wanita asing yg agak tua namun cantik, rambutnya pirang, body-nya seksi, bohAY, aduhAY,
(lebAY xD ).
“Masuk
atau kubunuh kalian!!!!” bentak wanita itu. Tak ada yang menghiraukan.
“Eh,
nenek lampir. Ganggu aja, orang lagi pacaran juga.” Bantah Pein sambil mencolek
dagu Konan.
“Enak
aja lo ngomong, gue bukan pacar lo tau.” Konan menghajar wajah Pein sampek
bonyok.
“Lu
siapa sih un? Guru baru ya? Mending pergi aja deh un. Daripada entar galau. Iya
nggak, guys?!” sahut Dei. Yang
lainnya ketawa ngakak.
“HUUAAAHAHAHAHAA…”
“MASUUUUUUUUKKKKKK!!!!!!!!!!!!”
Wanita
itu menghentakkan kakinya ke tanah. Sekali hentakan, terjadi gempa yang dahsyat hingga menewaskan ribuan
orang .
Anak
kelas 12 A langsung terjatuh semua. Mereka ketakutan dan segera masuk kekelas.
^^^
HENING.
“Saya
adalah wali kelas kalian yang
baru. Nama saya Tsunade.” Kata bu guru baru Tsunade.
“Kita
absen dulu.” Tsunade mulai mengabsen murid-muridnya. Ia merasakan ada sesuatu
yg mengganjal (Mungkin ada batu yg terselip di sepatunya *Tsunade mengecek
sepatunya. Tidak ada apapun. Sepatu yg satunya. Tidak ada apapun pula. Oh,
berarti Author salah mengira xD)
Ekheemm…
baik kembali ke cerita. Tsunade mengabsen muridnya satu persatu.
“Pein.”
“Hadir,
bu.”
“Itachi.”
“Hadir,
bu.”
“Konan.”
“Hadir,
bu.”
“Marni.”
“keluar
bu.”
“sumini.”
“keluar
bu.”
“Bambang.”
“keluar
bu.”
“…”
“...”
“…”
“…”
“Lha,
koq banyak yg keluar?” Tanya Tsunade heran.
“Ada
yg keluar karena hamil duluan, ada
yang keluar karena mati bunuh diri, ada juga yang keluar gara-gara gak kuat liat ketua kelas yg mukanya surem (dipelototin Pein).
Blaa… blaa… blaaa…” Tobi menjelaskan dengan panjang lebar sampek ludahnya keluar
semua membanjiri kelas 12A.
“Jadi
dikelas ini muridnya Cuma 10 orang?”
Mereka
mengangguk dengan serempak.
“Yang
masih bertahan dikelas ini orangnya cakep-cakep kan bu?” Tanya Pein, pasang wajah babyface. (Tsunade membatin
: GAK BLAS! *sambil muntah-muntah).
^^^
“Hari
ini kita belajar matematika.” Kata bu guru Tsunade.
“Materinya
tentang Mean, Median, dan Modus. Siapa diantara kalian yg mau nyoba ngerjain?
Nanti saya ajarin.”
“Pein
jago modus, bu.” Teriak Itachi yang
langsung dijitak ama Pein.
“Enak
aja, elu tuh tukang modus. Semua cewek elu dimodusin. Emak sendiri pun
dimodusin. Durhaka, lu.” Pein membantah.
“Gue
gak pernah modusin cewek. Mereka aja yg langsung terpesona tiap liat ketampanan
gue.” Itachi tebar pesona mukanya yg keriput, tampak bintang-bintang disekitar
wajahnya seperti di iklan-iklan.
“Ganteng
dari mananya? Gantengan juga gue.” Pein tak mau kalah.
“…”
“…”
Terjadi-lah
perdebatan antara Itachi dan Pein. Kisame langsung turun tangan belain pujaan
hatinya si Itachi.
Tsunade
cuma sweatdrop.
“Ekheemm…
anak-anak, kita ganti materi saja. Kita belajar pecahan.” Kata Tunade.
“Dei-chan.”
Tsunade memanggil Deidara. Yang
dipanggil segera maju kedepan sambil menunduk, malu-malu kucing.
“Iya
bu?” Dei pasang tampang sok manis. (padahal gak manis sama sekali)
“ ½ ditambah ½ berapa Dei-chan?”
“Nnnggg… Satu bu.” Jawab Dei masih malu-malu.
“SALAH! Konan tau?”
Tsunade mengalihkan pertanyaan pada Konan.
“Jawabannya satu, bu.” Jawab Konan.
“udah dibilang salah. Sasori?”
“Satu bu.”
“Hidan?”
“Demi Dewa Jasin,
jawabannya satu.”
“SALAAAHH! KALIAN SEMUA SALAH.” Tsunade naik pitam karena menurutnya jawaban
murid-muridnya salah semua.
“Lho bu, jawaban mereka kan betul koq disalahin semua?”
Pein tak terima. Padahal aslinya
dia gak tau jawabannya yang betul
apa.
“kalian semua payah. Masa’ gitu aja gak bisa. ½ ditambah jelas sekali jawabannya 2/4.” Jelas
Tsunade.
“HAAH???“
“DI LARANG PROTES!!!!!” Tak ada yang berani protes kalau
tidak mau dibunuh bu guru Tsunade.
Kakuzu ngitung jarinya. Sesekali ia garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. (Kakuzu mbatin : ini yg
bego’ muridnya atau gurunya?)
^^^
BRUUUUUKKKK!!!!!!!!!!!!!!
Tsunade menghentakkan kedua tangannya di meja. Kesal.
“Anak-anak kelas 12A benar-benar gak bisa diatur.” Tsunade
mengeluh pada pak kepsek.
Hanzo (disini Hanzo sebagai bapak kepsek, hehe xD) menghisap
rokoknya.
“padahal Ujian Nasional tinggal beberapa bulan saja. Kalo
dibiarin, bisa-bisa mereka nggak lulus. Dan nama baik Katsu Hight School akan
tercemar.”
“Lalu kita harus bagaimana pak kepala sekolah?”
“Hmm… “ Hanzo mikir keras (emang bisa mikir ya pak? *dibunuh Hanzo).
“Ibu perketat saja mereka. Kalau sampek ada yg melanggar
bunuh saja nggak pa-pa.” Jelas KepSek Hanzo.
“Siap pak!”
^^^
Keesokan harinya, KepSek Hanzo berjalan-jalan keliling,
memantau perkembangan murid-muridnya.
Ketika berhenti dikelas 12A, ia terkejut melihat ke-10
muridnya memakai seragam yg tidak wajar. Baju yang mereka pakai kekecilan dan ketat, membuat bagian tubuh mereka
terlihat.
“Lho? Kenapa baju kalian mengkerut kayak gitu?” Tanya
kepsek Hanzo.
“Ano… kami disuruh bu guru Tsunade, pak. Katanya, kalo kami
melanggar kami akan dibunuh. Bu guru Tsunade kan tenaga-nya kuat sekali pak.”
Jelas Deidara, matanya berkaca-kaca mau nangis.
Kepsek Hanzo memanggil Tsunade dan meminta penjelasan.
“Lha! Pak kepsek gimana toh? Katanya saya disuruh
memperketat mereka pak? Saya kan sudah menjalankan perintah bapak?” Jawab
Tsunade dengan polosnya.
(Hanzo membatin : makin hancur ini kelas 12A. gurunya yang ngajar aja gak jelas gini).
“Pak kepsek, bapak sedang memikirkan apa pak?” Tanya
Tsunade, pasang tampang horror. Hanzo langsung ngibrit karna takut dihajar.
^^^
“Hari ini mapel kita
IPA. Kalian catat apa yg saya tulis dipapan, oke?!”
“Siap bu!”
Tsunade mulai mengambil spidol dan menggoreskannya ke
papan. Tiba-tiba tintanya muncrat mengenai mukanya dan juga mengotori papan.
Murid-murid menahan tawa.
“Sini bu, biar saya bersihin muka ibu.” Konan mengelap muka
Tsunade dengan kertas yang ia ambil dari bagian tubuhnya.
“Makasih manis.” Tsunade menahan amarahnya karna ternyata
ada murid yg perhatian juga terhadapnya.
“Inikah spidol terbaik yang kalian punya?”
Anak-anak ngangguk dengan kompak secara pelan-pelan, karena takut.
“Penghapus mana penghapus?”
“Gak punya bu.” Jawab anak-anak serempak senada dan seirama
bak paduan suara.
“Ano… kami biasanya pakek ini.” Lagi-lagi Konan memberikan kertas pada Tsunade. (Tsunade membatin : dasar sekolah gak bermodal)
“kalo perlengkapan kelas kalian kayak gini beli donk, pakek
duit kas. Bendahara mana bendahara?”
Kakuzu ngacungin jarinya tinggi-tinggi sampai ketiaknya kelihatan. Ia menunjukkan daftar kas
pada Tsunade.
Tsunade kaget sampek jantungan.
“kosong?”
“Mmmm… anu… itu… anak-anak gak ada yang mau bayar bu.” Kakuzu ketakutan. Badannya yang kekar tiba-tiba mengkerut jadi kuyuz
kyempeng. Yang lainnya melototin kakuzu.
“kalian ini. Ayo bayar duit kas.” Tsunade marah-marah, suaranya terdengar sampai diruang kepsek yang jaraknya 10 km dari kelas 12A.
kepsek Hanzo Cuma ngelus dada. Tak apalah, Cuma dia satu-satunya guru yg bisa
menaklukkan anak-anak kelas 12A yang
super resek itu.
Dibentak kayak gitu, murid-murid langsung nunduk, ketakutan
–minus kakuzu- sang bendahara itu malah
ngetawain teman-temannya.
Mendengar suara tawa yang aneh, Tsunade menoleh dan melototin kakuzu.
“Kamu juga bayar!”
“Lha, bu? Koq saya disuruh bayar juga? Saya kan bendahara?”
“Sudah, jangan protes!!”
-tbc-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar